PENGOLAHAN
DAH PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI
Disusun Oleh :
Nama : Dika Dwi Wibbowo
NIM :
20150210011
Dosen Pengampu :
1.
Dr. Ir.Gunawan Budiyanto, MP.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat, memerlukan
lebih banyak energi untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan energi sebenarnya
tidak lain adalah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan
mendistribusikan secara merata sarana-sarana pemenuhan kebutuhan pokok manusia.
Pemakaian bahan bakar fosil (minyak dan batubara) secara besar-besaran
sebagai penyedia sumber daya energi telah terbukti ikut menambah beratnya
pencemaran lingkungan. Sedangkan Indonesia yang akan memasuki era industrialisasi
jelas akan memerlukan tambahan energi dalam jumlah yang relatif besar dan hal
ini sudah barang tentu akan berdampak pula terhadap lingkungan. Diversifikasi
energi merupakan salah satu jawaban untuk mencukupi kebutuhan energi yang terus
meningkat.
Berbagai bentuk energi telah digunakan manusia seperti batu bara, minyak
bumi, dan gas alam yang merupakan bahan bakar fosil. Selain itu, bahan bakar
tradisional, yaitu kayu. Walaupun masih digunakan, penggunaan kayu bakar
terbatas dengan berkurangnya hutan sebagai sumber kayu. Akan tetapi dengan meningkatnya jumlah penduduk, terutama yang tinggal di perdesaan,
kebutuhan energi rumah tangga masih menjadi persoalan yang harus dicarikan
jalan keluarnya.
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan Karbon dioksida (CO2)
yang ikut memberikan kontribusi bagi efek rumah kaca (green house effect)
yang bermuara pada pemanasan global (global warming). Biogas
memberikan perlawanan terhadap efek rumah kaca melalui 3
cara. Pertama, Biogas memberikan
substitusi atau pengganti dari bahan bakar fosil untuk penerangan, kelistrikan,
memasak dan pemanasan. Kedua, Methana (CH4) yang dihasilkan secara
alami oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek
rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan CO2.
. Limbah peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan
buangan dari usaha peternakan sapi yang selama ini juga menjadi salah satu
sumber masalah dalam kehidupan manusia sebagai penyebab menurunnya mutu
lingkungan melalui pencemaran lingkungan, menggangu kesehatan manusia dan juga
sebagai salah satu penyumbang emisi gas efek rumah kaca. Pada umumnya limbah
peternakan hanya digunakan untuk pembuatan pupuk organik. Untuk itu sudah
selayaknya perlu adanya usaha pengolahan limbah peternakan menjadi suatu produk
yang bisa dimanfaatkan manusia dan bersifat ramah lingkungan.
Pengolahan limbah peternakan melalui proses anaerob atau
fermentasi perlu digalakkan karena dapat menghasilkan biogas yang menjadi salah
satu jenis bioenergi. Pengolahan limbah peternakan menjadi biogas ini
diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak yang mahal
dan terbatas, mengurangi pencemaran lingkungan dan menjadikan peluang usaha
bagi peternak karena produknya terutama pupuk kandang banyak dibutuhkan
masyarakat.
Adanya penggantian bahan bakar minyak ke gas, maka
diperlukan gas yang lebih banyak. Karena persediaan minyak tanah semakin
menipis dan harganya mahal, masyarakat banyak menggunakan kompor gas, oleh
karna itu gas semakin banyak diperlukan. Dengan itu muncullah ide-ide atau
alternatif-alternatif lainnya guna mencukupi kebutuhan akan gas. Untuk itu kita
dapat melakukan usaha seperti pengelolaan lingkungan hidup salah satunya
yaitu,dengan pengelolaan limbah ternak menjadi biogas. Dimana pada saat ini
biogas sangat diperlukan bagi masyarakat.
Gas
tersebut berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa,
kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses
anaerobik digestion (Pambudi, 2008). Biogas yang terbentuk dapat dijadikan
bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam persentase yang
cukup tinggi.
Biogas
merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif
untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan
gas alam (Houdkova et.al., 2008). Biogas juga sebagai salah satu jenis
bioenergi yang didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan
organik seperti kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daun-daun
hasil sortiran sayur difermentasi atau mengalami proses metanisasi
II.
PROSES PENGOLAHAN
LIMBAH
Cara Membuat Biogas Dari Kotoran Sapi
Bangunan utama dari
cara membuat biogas dari kotoran sapi untuk instalasi biogas yaitu digester
yang fungsinya untuk menampung gas metana dari hasil yang diperoleh dari
perombakan bahan-bahan organik yang disebabkan oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak atau sering
orang gunakan adalah model continuous feeding yang dimana pada pengisian bahan organiknya akan
dilakukan secara berlanjut setiap harinya.
Besar kecilnya ukuran
digester terlihat dari kotoran sapi yang dihasilkan dan seberapa banyak biogas
yang diinginkan. Untuk membuat digester dibutuhkan bahan-bahan yang
dipergunakan untuk kegiatan bangunan contoh misalnya seperti pasir, semen, batu
kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa pralon.
Sebaiknya lokasi dimana
akan membangun sebuah digester itu harus berdekatan dengan kandang sapi
tersebut supaya kotoran sapi tersebut akan mudah untuk disalurkan kedalam
digester. Pada samping digester dibuat sebuah penampung lumpur (sludge), sludge
ini nantinya dipisahkan dan bisa diolah untuk dijadikan pupuk organik padat dan
cair. Setelah pengerjaan untuk membangun sebuah digester ini telah selesai
kemudian mulailah melakukan proses pembuatan biogas.
A. Langkah-langkah
Dalam Cara Membuat Biogas Dari Kotoran Sapi
langkah pertama dari
cara membuat biogas dari kotoran sapi yaitu mencampur kotoran sapi dengan air
terus diaduk sehingga akan terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak
penampung sementara. Bentuk lumpur akan sangat mempermudah nantinya untuk
dimasukan kedalam digester. Langkah yang kedua adalah mengalirkan lumpur menuju
kelubang pemasukkan digester.
Untuk lebih mudahnya
dalam memasukkan lumpur ke dalam digester yaitu kran gas yang berada diatas
digester harus dibuka terlebih dahulu dan udara yang ada didalam digester pun
akan mendesak keluar. Untuk pengisian yang pertama harus membutuhkan banyak
lumpur sehingga volume di dalam digester terisi penuh.
Untuk langkah yang
ketiga yaitu melakukan penambahan starter yang jumlahnya 1 liter dan isi rumen
segar dari rumah potong hewan yang jumlahnya sebanyak 5 karung untuk kebutuhan
kapasitas digester 3,5 sampai 5,0 m2. Setelah digester terisi penuh oleh
lumpur, kran gas pada digester harus ditutup sehingga terjadi proses
fermentasi.
Langkah yang keempat
yaitu membuang gas pertama yang dihasilkan pada hari ke 1-8 karena yang
terbertuk dalam fermentasi ini adalah gas CO2. Sedangkan untuk hari ke 10-14
ini sudah terbentuknya gas metana (CH4) dan gas (CO2) sudah mulai menurun dalam
permentasi tersebut.
Pada komposisi CH4 54%
dan CO2 27% maka biogas akan menyala. Langkah yang kelima yaitu langkah yang
terakhir, pada hari ke-14 terbentuk gas yang dapat digunakan untuk menyalakan
api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya.
Dari hari ke-14 sampai
berikutnya kita sudah bisa untuk menghasilkan energi biogas yang dihasilkan dari
kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara
berlanjut untuk menghasilkan biogas yang optimal.
Pembuatan kotoran sapi
menjadi biogas ini yaitu selain dapat menghasilkan gas metana juga mengurangi
pencemaran lingkungan, bisa juga menghasilkan pupuk organik yang padat dan cair
dan yang lebih pentingya lagi dalam pembuatan biogas dengan cara yang seperti
ini bisa mengurangi ketergantungan untuk pemakaian bahan bakar binyak bumi yang
tidak bisa lagi untuk diperbaharui.
B. Proses
Pembentukan Biogas Dalam Cara Membuat Biogas Dari Kotoran Sapi
Gas metana terbentuk
dari dekomposisi yang berjalan tanpa adanya udara (anaerob). Berhasil atau
tidaknya pembuatan biogas sangat berpengaruh dengan proses yang terjadi pada
dekomposisi tersebut.
Salah satu kunci
keberhasilan pada proses dekomposisi secara anaerob dalam pembuatan biogas
adalah adanya mikroorganisme. Biogas bisa dibentuk dari bahan organik melalui
suatu proses “kerja sama” pada tiga kelompok mikroorganisme anaerob.
Kelompok pertama,
mikroorganisme yang bisa menghidrolisis polimer-polimer organik dan sejumlah
lipid menjadi asam-asam lemak, asam-asam amino, monosakarida, dan senyawa
sejenisnya.
Kelompok kedua,
mikroorganisme yang bisa memfermentasi produk yang dihasilkan dari kelompok
mikroorganisme pertama akan menjadi asam-asam organik yang sederhana contohnya
seperti asam asetat, dikenal juga sebagai suatu kelompok mikroorganisme
penghasil asam (acidogen).
Kelompok ketiga,
mikroorganisme yang mampu mengubah asam asetat hasil pembentukan acidogen dan
hidrogen menjadi suatu gas metan dan karbondioksida yang biasa dikenal dengan
nama metanogen. Metanogen terdapat pada kotoran sapi.
Lambung (rumen) sapi
suatu tempat yang cocok untuk berkembangnya metanogen. Di dalam Lambung sapi
tersebut akan menghasilkan gas metana alami.
Untuk cara membuat biogas dari kotoran sapi tersebut tidak jauh berbeda
dengan suatu proses pembentukan gas metan pada lambung sapi.
Metanogen perlu suatu kondisi lingkungan
yang optimal agar bias memproduksi gas metana :
1. Reaktor atau digester pada proses
pembuatan biogas dari kotoran sapi harus dalam keadaan tertutup rapat, hal
tersebut untuk menghindari masuknya oksigen (anaerob).
2. Logam berat dan sulfida (sulfides)
harus bebas dari reaktor agar tidak tergganggunya keseimbangan pada
mikroorganisme
3. Komposisi metanogen yang seimbang
dapat menghasilkan gas metana. Apabila jumlah metanogen pada kotoran sapi
dinilai kurang, maka hal tersebut perlu dilakukan penambahan metanogen tambahan
yang bentuknya substrat atau strater ke dalam reaktor.
4. Metanogen akan berkembang baik pada
lingkungan cair dengan temperatur 35oC dan pH 6,5 sampai 7,5. Metanogen sangat
sensitif dengan suatu temperature, temperatur 35oC dianggap baik sebagai temperature dalam perkembangbiakan
bakteri methane.
Awalnya bahan-bahan
organik tersebut terlebih dahulu ditampung pada suatu beton, kotak, besi dan
bata. Waktu yang diperlukan kurang lebih dua minggu sampai satu bulan sebelum
gas awal dihasilkan. Campuran bahan tersebut harus selalu ditambah dan diaduk
setiap harinya agar cara membuat biogas dari kotoran sapi lebih optimal dan
terus bisa digunakan.
Pada kotak ini,
terjadi suatu proses perombakan kotoran ternak yang akan menjadi bahan organik
yang dibentuk oleh mikroba dalam kondisi tanpa adanya oksigen (anaerob).
Mikroba yang bekerja pada proses tersebut mendapat makanan dari bahan organik
seperti lemak, karbohidrat, fosfor, protein dan unsur-unsur mikro lainnya.
III.
CARA PEMANFAATAN
Pemanfaatan
biogas dari kotoran sapi perah semakin meningkat. Sejak beberapa tahun program ini juga sudah dikembangkan
diberbagai daerah. Selain tidak memerlukan biaya tinggi, teknologinya juga
sederhana. Karena itu, menurut Deputi VII Menteri Lingkungan Hidup Bidang
Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas, Drs. Sudarijono, Kementerian
Lingkungan Hidup akan terus mendorong pemanfaatan biogas dengan melalui
kerjasama dengan berbagai pihak.
Secara
teknologis, prinsip pembuatan biogas adalah memanfaatkan gas metana gas yang
mudah terbakar yang terdapat didalam kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar, terutama untuk konsumsi keluarga. Untuk itu, tentu selain perlu
adanya hewan sapi sebagai pemasok kotoran, juga perlu sarana penampungan
kotoran itu agar dapat berproses menghasilkan gas metana.
Tangki
penampung kotoran hewan yang terbuat dari fibreglass itu disebut Biodigester.
Didalam Biodigester yang tertutup rapat, kotoran hewan diencerkan dengan air.
Ini untuk mempercepat proses keluarnya gas dari kotoran hewan. Dengan
memanfaatkan tekanan gas di dalam Biodigester, gas metan yang terbentuk
dialirkan ke penampungan gas. Tempat penampungan gas itu ada berupa kantong
plastik berukuran besar, tapi ada pula berbentuk tabung dari fibreglass. Dari
wadah penampungan ini, gas metan dapat dialirkan langsung ke kompor yang ada di
dapur.
Keuntungan Biogas
a.
Biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki
manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan
karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan (deforastion) dan
perusakan tanah.
b.
Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil
sehingga akan menurunkan gas rumah kaca dan atmosfer dan emisi lainnya.
c.
Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya di
atmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan
bakar maka akan mengurangi gas metana di udara.
d.
Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan material yang
tidak bermanfaat, bahklan bisa mengakibatkan racun yang sangat berbahaya.
Aplikasi anaerobic digestion akan meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan
nilai manfaat dari limbah.
IV.
PEMBAHASAN
Permintaan
kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun ketahun semakinÿ meningkat,
menyebabkan harga minyak melambung. Pemerintah
berencana menaikkan lagi harga minyak untuk mengurangi sudsidi yang
harus ditanggung oleh APBN. Yang menjadi pertanyaan adalah jika BBM mahal,
apakah kita tidak bisa hidup tanpa menggunakan bahan bakar minyak tersebut.
Ternyata tidak demikian. Sumber energi alternatip telah banyak ditemukan
sebagai pengganti bahan bakar minyak,
salah satunya adalah biogas. Teknologi biogas sebenarnya bukan sesuatu hal yang
baru. Berbagai negara telah mengaplikasikan teknologi ini sejak puluhan tahun
yang lalu seperti petani di Inggris, Rusia dan Amerika serikat. Sementara itu
di Benua Asia, India merupakan negara pelopor dan pengguna biogas sejak tahun
1900 semasa masih dijajah Inggris, negara tersebut mempunyai lembaga khusus
yang meneliti pemanfaatan limbah kotoran ternak yang disebut Agricultural
Research instutute dan Gobar Gas Research Station, lembaga tersebut pada tahun
1980 sudah mampu membangun instalasi biogas sebanyak 36.000 unit. Selain negara
negara tersebut diatas, Taiwan, Cina, Korea juga telah memanfaatkan kotoran
ternak sebagai bahan baku pembuatan
biogas. Jika kita menggantungkan terus pada Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas
sebagai energi utama tanpa mencari alternative lain maka beban hidup akan
semakin berat terutama masyarakat kecil pedesaan padahal ada alternative yang
mudah dengan membuat biogas dari kotoran ternak. Biogas adalah salah satu
energi yang dapat dikembangkan dengan memberikan cukup bahan baku yang tersedia
dan renewable.
Pemerintah
sudah saatnya mengalokasikan sebagian dari pengurangan subsidi BBM untuk
mengembangkan biogas dari kotoran ternak keseluruh pelosak pedesaan. Sudah saatnya pula kita berfikir
dan berusaha mengembangkan kreatifitas untuk mengembangkan energi alternative
dari kotoran ternak, karena sudah banyak hasil penelitian ilmiah yang berhasil.
Kegiatan yang harus kita lakukan sekarang adalah mengaplikasikan hasil
penelitian tersebut untuk kepentingan masyarakat. Usaha ini juga harus didukung
dengan mengubah pola pikir masyarakat
untuk menerima kehadiran teknologi baru. Berdasarkan analisis yang dilakukan
para pakar peneliti menunjukan bahwa kotoran sapi mengandung selulosa,
hemisellulosa, lignin, karbonat organik, nitrogen, fosfor dan kalium. Cara
pembuatannya pun sangat praktis, yaitu kotoran sapi yang telah diencerkan
dengan air dengan perbandingan tertentu dan ditempatkan dalam wadah biogas.
Making tertutup untuk bahan bakar sangat efektif dilakukan di daerah yang
banyak ternak. Setelah terbentuk biogas, sapi limbah gas yang telah diambil,
pupuk organik yang kaya akan unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Karena itu,
pupuk organik ini dapat dianggap sebagai
pupuk alternatif untuk menjaga produksi tanaman. ini memberikan gambaran pemanfaatan teknologi biogas dengan bahan
bakar kotoran sapi sebagai solusi alternatif dalam rangka untuk menghemat
cadangan minyak bum
Biogas adalah gas yang dihasilkan
dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi
langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 %
CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S.
Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan
sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif
yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama yaitu
kotoran ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda.
Biogas
yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk
mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil
menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan.
Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu
bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida
yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen
limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam
pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas
merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga
bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer
bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Saat ini, banyak negara
maju meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair
maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan biologi mekanis
pada tempat pengolahan limbah.
Prinsip Pembuatan Biogas
Prinsip
pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah
berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas
inilah yang disebut biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah
mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi
adalah 30-55oC, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan
bahan organik secara optimal.
Biogas
sebagian besar mengandung gas metana (CHu) dan karbondioksida (CO2), dan
beberapa kandungan yang jumlahnya kecil, diantaranya hydrogen sulfide (H2S),
amonia (NH3) dan hydrogen (H2), serta Nitrogen yang kandungannya sangat kecil.
Energi
yang terkandung dalam biogas tergantung pada konsentrasi metana (CHu).semakin
tinggi kandungan metana maka semakin tinggi kandungan energi (nilai kalor) pada
biogas, dan sebaliknya semakin kecil nilai metana maka semakin kecil nilai
kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa
parameter, yaitu menghilangkan hydrogen sulfur, kandungan air dan karbondioksida
(CO2). Hidrogen sulfur mengandung racun dan azt yang menyebabkan kohesi. Bila
biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan gas yang berbahaya sehingga
konsentrasi yang diijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar maka hidrogen
sulfur akan lebih berbahaya karena akan membentuk senyawa baru bersama sama
oksigen yaitu sulfur oksida / sulfur trioksida (CO2/SO3), senyawa ini lebih
beracun. Pada saat yang sama akan membentuk sulfur acid (H2SO3) suatu senyawa
yang lebih korasif.
Parameter yang kedua
adalah menghilangkan kandungan karbondioksida yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat digunakan untuk bahan bakar
kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan menurunkan titik penyalaan biogas
serta dapat menimbulkan korosif.
Menurut Rika (2011), kotoran sapi tersusun atas 22,59% selulosa, 18,32%
hemiselulosa, 10,20% lignin, 34,72% total karbon organik, dan 1,26% total
nitrogen. Selain itu, kotoran sapi juga mengandung 0,37% fosfor dan 0,68%
kalium. Dengan kandungan selulosa yang tinggi, kotoran sapi dapat menghasilkan
biogas dalam jumlah yang banyak. Susunan kotoran sapi juga bisa dinyatakan
dengan jumlah kotoran padat dan jumlah kotoran cair. Selain itu, rasio C/N juga
bisa digunakan untuk menyatakan susunan kotoran sapi secara praktis.
Sri (2008) mengatakan bahwa
rasio C/N pada kotoran sapi adalah 24. Semakin tinggi rasio C/N, nitrogen akan
dikonsumsi secara cepat oleh bakteri metanogen. Hal tersebut mengakibatkan
kesetimbangan reaksi bergeser ke arah kiri dan laju produksi biogas menurun.
Sebaliknya jika rasio C/N rendah, kesetimbangan reaksi bergerser ke arah kanan
dan laju produksi biogas meningkat. Rasio C/N pada kotoran sapi memenuhi
persyaratan bahan baku produksi biogas. Kotoran sapi berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai energi alternatif berupa biogas. Hal tersebut disebabkan
jumlah produksi biogas per kg kotoran sapi relatif lebih besar dibandingkan
kotoran ternak lainnya. Menurut Sri (2008), kotoran sapi sebanyak 1 kg dapat
menghasilkan 0,023-0,040 m3 biogas. Dengan jumlah produksi tersebut,
kotoran sapi sangat potensial untuk memproduksi biogas dalam jumlah besar. Kotoran hewan
dianggap substrat paling cocok untuk pemanfaatan biogas substrat dalam kotoran
sapi telah mengandung bakteri penghasil gas metana yang terdapat di dalam perut
hewan ruminansia.
Selain menjadi biogas, sisa residu
dari kotoran sapi juga bisa digunakan untuk pupuk tanaman.
V.
KESIMPULAN
Limbah
ternak dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan karena limbah ternak masih
menganding berbagai zat. Pemanfaatan limbah ternak dapat mengurangi pencemaran
yang diakibatkan oleh kegiatan usaha perternakan. Biogas merupakan salah satu
produk hasil dari limbah ternak sapi ,dari kotorannya dapat diolah lagi menjadi
gas. Biogas ini sangat ramah lingkungan dan pengembangan biogas ini dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
DATAR PUSTAKA
Houdkova L., J. Boran., J. Pecek and P.
Sumpela. 2008. Biogas-A Renewable Source of Energy. Journal of Thermal
Science 12(4) : 27 -3
Pambudi,
N. A.2008. Pemanfaatan Biogas Sebagai EnergiAlternatif. www.dikti.org. di akses
pada tanggal 17 januari 2017.
Putri . 2012.http://dbagus.com/cara-membuat-biogas-dari-kotoran-sapi.
Di akses pada tanggal 17 januari 2017.
Sukmana,
Rika Widya dan Muljatiningrum, Anny. 2011. Biogas dari Limbah Ternak.Nuansa Cendekia.
Bandung
Wahyuni, Sri. 2008. Biogas. Jakarta:
Penebar Swadaya
No comments:
Post a Comment